Merencanakan dan Melaksanakan PTK-PTS


Penelitian Tindakan Bagi Pengawas Sekolah dilatarbelakangi oleh suatu asumsi bahwa peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dapat dicapai melalui peningkatan mutu sumber daya manusia (kepala sekolash, guru dan tenaga kependidikan lainnya), walaupun diakui bahwa komponen-komponen lain turut memberikan kontribusi dalam peningkatan mutu pembelajaran. Peningkatan sumber daya menusia telah banyak dilakukan pemerintah, terutama peningkatan kompetensi guru. Usaha ini berupa peningkatan kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan, workshop atau bentuk lainnya.
Disamping itu, peningkatan profesionalisme guru juga dilakukan melalui kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) bagi guru Sekolah Dasar (SD) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bagi guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan guru Sekolah Menengah Atas (SMA), atau pola-pola lain seperti seminar, lokakarya atau workshop. Namun demikian prestasi belajar siswa kita masih memprihatinkan dan sampai saat ini kenyataannya bahwa prestasi belajar yang dicapai secara nasional belum semuanya sesuai dengan standar minimal yang ditetapkan pemerintah.

Hal yang sama juga terjadi di sekolah binaan pengawas. Pelatihan terhadap guru-guru di sekolah binaan tersebut telah banyak diikutkan dalam kegiatan diklat baik yang dilaksanakan oleh LPMP NTB, PPPPTK, atau oleh Dinas Pendidikan Kota Mataram, namun hasil belajar siswa mereka masih dibawah standar yang diharapkan.

Pengamatan yang dilakukan penulis  selama menjadi fasilitator Bimtek KTSP maupun Fasilitator WDD/WSD Pengembangan daerah dan sekolah terpadu yang difasilitasi oleh MCPM AIBEP Jakarta,  dalam kegiatan workshop atau diklat, bahwa pada struktur program pelatihan yang disusun pada setiap kegiatan diklat atau workshop, masih didominasi oleh kegiatan menyusun administrasi pembelajaran, dan hanya sedikit kegiatan yang membimbing guru atau pemgawas dalam penguasaan materi PTK maupun PTKP Disamping itu, pada umumnya para guru , pengawas yang telah mengikuti diklat atau workshop jarang mensosialisasikan hasil-hasil diklatnya kepada rekan-rekan mereka di sekolah. Hal ini terjadi karena kepala sekolah mereka jarang memberi kesempatan untuk mensosialisasikan hasil diklat kepada rekan-rekannya di sekolah.

Berdasarkan hal tersebut, Nawawi (1993) menyatakan bahwa ” program kelas tidak akan berarti bilamana tidak terwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan di antara peserta didik dalam suatu kelas”. Guru bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan  suasana yang dapat mendorong peserta didik untuk melaksanakan  kegiatan-kegiatan di dalam kelas.
Untuk menunjang tugas tersebut maka guru perlu ditunjang dengan kemampuan profesional yang memadai. Guru yang profesional adalah guru yang menguasai kurikulum, menguasai materi pelajaran, menguasai metode-metode pembelajaran, menguasai penggunaan media pembelajaran, menguasai teknik penilaian pembelajaran, dan komitmen terhadap tugas.Dengan demikian diharapkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru, dapat dicapai tanpa pemborosan waktu, tenaga, material, finansial, dan bahkan pemikiran sehingga pada gilirannya tujuan sekolah dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Beeby (1987) menyatakan bahwa pelajaran-pelajaran yang diberikan guru amat kurang sekali variasinya, dan dengan sedikit kekecualian, pola yang sama telah menjadi standar di ulang-ulang sepanjang jam pelajaran sekolah. Kadang-kadang guru mulai mengajar dengan hanya mendiktekan saja pelajarannya dan jika masih ada waktu baru memberikan penjelasan sekedarnya tanpa variasi dengan penggunaan media yang sesuai maupun sumber-sumber belajar yang memadai. Apabila kebiasaan seperti itu tetap dipraktekan oleh para guru di kelas selama proses pembelajaran, maka dapat dipastikan bahwa peningkatan mutu pendidikan akan sulit dicapai.

Pada umumnya kegiatan guru  hanya mentrasfer pengetahuan atau pengalamannya dengan sedikit memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi dan diakhiri dengan pemberian tugas atau latihan tanpa menggunakan media dan sumber belajar yang memadai.

Hasil dialog peneliti dengan beberapa guru SD binaan di kota Mataram, bahwa kebanyakan  mereka kurang menguasai penggunaan media dan sumber belajar yang ada sehingga pembelajaran yang mereka laksanakan masih didominasi dengan cara mentrasfer dari pada menciptakan pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Bettencourt,1989 dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (2006) menyatakan  “Konsep keilmuan tidak dapat ditransfer oleh guru kepada siswa melainkan siswa itu sendiri yang mengkonstruksinya dari data yang diperoleh melalui pancaindranya”. Oleh karena itu diperlukan adanya perubahan paradigma dalam melaksanakan pembelajaran yang semula guru berpikir bagaimana mengajar menjadi berpikir bagaimana siswa belajar.

Saat ini pengawas sekolah dituntut untuk memiliki kompetensi penelitian pengembangan yang tidak cukup dianggap hanya sekedar penerima pembaharuan dari hasil penelitian para peneliti dari kalangan perguruan tinggi, melainkan ikut bertanggung jawab serta dan berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui penelitian tindakan kelas maupun penelitian tindakan sekolah yang berkaitan dengan tugas pokok pengawas sekolah  yaitu memantau, menilai, membina, dan melaporkan serta melaksanakan tindak lanjut hasil pengawasan.

Pengawas sekolah seringkali berhadapan dengan permasalahan yang bersifat situasional yang terjadi pada sekolah yang menjadi tanggung jawab binaannya dalam melaksanakan tugas kepengawasan, yang mungkin saja permasalahan tersebut sifatnya khas hanya terjadi pada sekolah tersebut dan tidak pada sekolah lain.
Meskipun pada awalnya pengawas sekolah menemukan kesulitan dalam mengklasifikasikan maupun merumuskan masalah yang berkaitan dengan supervisi akademik, supervisi manajerial, maupun evaluasi pendidikan, sehingga enggan untuk melakukan penelitian, namun dengan bimbingan atau pendampingan dari para dosen dari LPTK untuk bermitra, maka kemampuan mengidentifikasi sumber masalah merupakan langkah awal untuk mendorong pengawas sekolah untuk melakukan penelitian tindakan sekolah.

Sebagai pengawas sekolah yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap mutu pendidikan pada sekolah binaannya tentu pengawas harus memiliki sikap tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi dengan bertindak proaktif dan reaktif terhadap kendala yang dihadapi dengan melakukan antisipasi. Tindakan antisipasi terhadap kendala dan permasalahan yang muncul dalam melaksanakan tugas pokok memantau, menilai atau membina sekolah yang menjadi tanggung jawab binaannya, yang bisa mengganggu dan menghambat peningkatan mutu sekolah, tidak dilakukan melalui tindakan yang tidak terukur melainkan melalui cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik, yaitu dimulai dengan membuat rencana penelitian dan tindakan yang akan dilakukan yang secara umum disebut sebagai usulan penelitian. Usulan  penelitian tindakan sekolah dibuat sepraktis mungkin tidak seperti usulan penelitian untuk keperluan sebuah skripsi, tesis atau disertasi.

B. Karakteristik Penelitian Tindakan Sekolah
Secara konseptual  PTS tidak berbeda dengan PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Mengutip pendapat David Hopkins bahwa PTK/PTS adalah: ‘’ a form of reflective inquiry undertaken by participants in social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are carried out”,  maka dari definisi tersebut, dalam konteks kependidikan PTS mengandung pengertian bahwa: PTS adalah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang (a) praktek-praktek kependidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktek-praktek tersebut, dan (c) situasi dimana praktek praktek tersebut dilaksanakan. Oleh karena itu, PTS memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
  1. Pengkajian masalah situasional dan kontekstual pada perilaku seseorang atau kelompok orang. Artinya, solusi terhadap masalah-masalah yang digarap di dalam suatu kegiatan PTS tidak untuk digeneralisasi secara langsung. Jadi, setiap masalah yang muncul harus segera dicarikan solusinya untuk saat itu dan untuk kondisi dan konteks saat itu pula. Tidak harus menunggu suatu cara penyelesaian yang dapat berlaku umum di setiap situasi, kondisi, dan konteks. Namun demikian, tidak berarti bahwa PTS tidak dapat menemukan solusi yang bersifat general. Dari kegiatan PTS yang berkesinambungan dan terorganisasi dengan baik, maka pola solusi umum untuk beberapa masalah akan muncul atau nampak. Sehingga, generalisasi hasil suatu kegiatan PTS mungkin juga dicapai tetapi setelah beberapa kegiatan PTS.
  2. Ada tindakan. Perbedaan yang mencolok antara PTS dengan penelitian-penelitian lainnya adalah harus ada tindakan perbaikan yang dirancang untuk mengatasi masalah yang dihadapi saat itu dalam konteks dan situasi saat itu pula. Tindakan (action) ini benar- benar dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, bukan untuk mengembangkan atau menguji sebuah teori, dan juga tidak dimaksudkan untuk mencari solusi yang berlaku umum di setiap situasi dan kondisi. Jadi tidak perlu ada generalisasi dalam PTS.
  3. Penelaahan terhadap tindakan. Disamping adanya tindakan, dalam PTS tindakan yang dilakukan tadi harus ditelaah: kelebihan dan kekurangannya, pelaksanaannya, kesesuaiannya dengan tujuan semula, penyimpangan yang terjadi selama pelaksanaan, dan argument-argumen yang muncul selama pelaksanaan. Telaahan terhadap tindakan ini dilakukan pada saat observasi.
  4. Pengkajian dampak tindakan. Dampak dari tindakan yang dilakukan harus dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberi dampak positif lain yang tidak diduga sebelumnya, atau bahkan menimbulkan dampak negatif yang merugikan sekolah.
  5. Dilakukan secara kolaboratif. Mengingat kompleksitas pelaksanaan suatu PTS, maka ada baiknya PTS ini dilakukan secara kolaboratif antara pengawas sekolah dengan kepala sekolah dengan pendampingan dosen LPTK, antara pengawas sekolah dengan kepala sekolah, kepala sekolah dengan guru, atau antara pengawas sekolah, kepala sekolah, guru dengan tenaga kependidikan lainnya di sekolah.
  6. Refleksi. Arti sederhana dari kata refleksi adalah merenungkan apa yang sudah dikerjakan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Kegiatan penting dalam suatu PTS adalah refleksi. Dalam refleksi ini ada banyak hal yang harus dilakukan, yaitu mulai dari mengevaluasi tindakan sampai dengan memutuskan apakah masalah itu tuntas atau perlu tindakan lain dalam siklus berikutnya.
Kegiatan-kegiatan dalam sebuah refleksi adalah seperti berikut:
  • Merenungkan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang telah dilakukan.
  • Menjawab tentang penyebab situasi dan kondisi yang terjadi selama pelaksanaan tindakan.
  • Memperkirakan solusi atau keluhan yang muncul
  • Mengidentifikasi kendala/ancaman yang mungkin dihadapi.
  • Memperkirakan akibat dan implikasi dari tindakan yang direncanakan.

Dengan demikian Penelitian Tindakan Sekolah identik dengan siklus-siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi, dengan tindakan atau perlakuan bersifat topik, dilakukan dalam selang waktu tertentu, berdasarkan jumlah topik, pertemuan, atau minggu.
Berikut model spiral dalam PTS, yang melukiskan siklus demi siklus dalam PTS, Satu siklus terdiri dari rencana, tindakan, observasi dan refleksi.

C. Banyaknya Masalah yang Dihadapi Pengawas Sekolah
Melihat luasnya kajian di bidang pendidikan, maka masalah yang diangkat dalam penelitian untuk pengembangan profesi pengawas sekolah, hendaknya difokuskan pada permasalahan yang dihadapi langsung secara nyata oleh pengawas dalam praktek tugas kepengawasan, yaitu tugas memantau, menilai, membina sekolah dan melaksanakan tindak lanjut seperti berikut:
  1. Bagaimana bimbingan terhadap sekolah dalam pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
    1. Bagaimana bimbingan terhadap sekolah dalam menyusun kurikulum muatan lokal yang penyusunannya melibatkan beberapa pihak terkait.
    2. Bagaimana pemantauan terhadap sekolah dalam melaksanakan program pengembangan diri melalui kegiatan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler.
    3. Bagaimana membina guru dalam merancang tugas mandiri tidak terstruktur untuk mencapai kompetensi tertentu
    4. Bagaimana sekolah melalui MGMP dalam mengembangkan silabus secara mandiri atau cara lainnya berdasarkan standar isi, standar kompetensi lulusan, dan panduan penyusunan KTSP.
    5. Bagaimana bentuk binaan terhadap hasil pelaksanaan pemantauan proses pembelajaran yang mencakup tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap penilaian hasil pembelajaran.
    6. Bagaimana strategi supervisi proses pembelajaran melalui cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi.
    7. Bagaimana model bimbingan terhadap guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran.
    8. Bagaimana bimbingan terhadap peningkatan kemampuan manajerial kepala sekolah yang ditunjukkan dengan keberhasilan mengelola pendidik dan tenaag kependidikan dan siswa.
    9. Bagaimana bimbingan terhadap peningkatan kemampuan kewirausahaan kepala dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sebagai sumber belajar siswa
    10. Bagaimana teknik menilai sekolah dalam merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan  lembaga.
    11. Bagaimana teknik membimbing  menyusun dan melaksanakan  rencana kerja jangka menengah (empat tahunan) dan rencana kerja tahunan.
    12. Bagaimana pendekatan yang dilakukan terhadap sekolah dalam melaksanakan kegiatan pengembangan kurikulum dan pembelajaran.
    13. Bagaimana bimbingan terhadap sekolah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi diri untuk menyusun profil sekolah.
    14. Bagaimana bimbingan terhadap sekolah untuk melaksanakan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan.
    15. Bagaimana arahan terhadap sekolah melaksanakan sistem informasi manajemen untuk mendukung administrasi pendidikan.
    16. Bagaimana upaya mendorong sekolah untuk menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam sistem pengelolaan pembelajaran.
    17. Bagaimana strategi melakukan evaluasi terhadap pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan pada sekolah-sekolah binaannya.
    18. Bagaimana pendekatan atau strategi untuk mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
    19. Bagaimana membimbing sekolah dalam menyusun pedoman pengelolaan keuangan sebagai dasar dalam penyusunan Rencana Anggaran dan Belanja (RAB).
    20. Bagaimana membimbing  sekolah dalam menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran.
    21. Bagaimana upaya mendorong sekolah dalam menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, iptek, estetika, serta jasmani, olahraga, dan kesehatan sesuai dengan standar nasional pendidikan.
D.  Prosedur Pelaksanaan: Merencanakan dan Melaksanakan  Penelitian Tindakan Sekolah
1. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini, sebutkan semua yang menjadi perencanaan dalam kegiatan penelitian, seperti:
  1. Menentukan sekolah atau subyek penelitian (setting dan karakteristik subyek penelitian)
  2. Menetapkan fokus observasi dan aspek-aspek yang akan diamati,
  3. Menetapkan jenis data baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif dan cara pengumpulannya serta perencanaaan metode dan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat data dan tujuan penelitian
  4. Menentukan pelaku observasi (observer), alat bantu untuk mengamati dan merekam atau mendokumentasikan semua informasi tentang pelaksanaan tindakan beserta dampaknya, pedoman observasi, dan pelaksanaan observasi,
  5. Menetapkan cara pelaksanaan refleksi dan pelaku refleksi,
  6. Menetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah atau penentuan bukti yang akan dijadikan indikator untuk mengukur pencapaian pemecahan masalah sebagai akibat dilakukannya tindakan.
  7. Perencanaan tindakan – tindakan lainnya yang diharapkan akan menghasilkan dampak kearah perbaikan program.

2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini deskripsikan tindakan yang akan dilakukan, meliputi pelaksanaan rencana tindakan yang telah disiapkan, termasuk didalamnya langkah-langkah pelaksanaan atau praktik pendidikan di sekolah dalam setiap siklus. Deskripsikan pula yang mungkin dilakukan sehubungan dengan pelaksanaan program kegiatan di sekolah sebagai bentuk nyata pelaksanaan tindakan dalam penelitian.

3. Tahap observasi
Pada tahap ini deskripsikan tentang pelaksanaan observasi, meliputi siapa yang melakukan observasi, cara pelaksanaan observasi, alat bantu observasi, dan data yang hendak dikumpulkan, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan observasi seperti yang telah disiapkan pada saat membuat perencanaan tindakan sebelumnya. Pada tahap ini data yang diperoleh diusahakan sampai jenuh, disertai triangulasi.

4.  Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini, deskripsikan prosedur analisis data yang dilakukan, misalnya semua data yang terkumpul diolah melalui tahapan:
  • reduksi data, jika terdapat data yang btidak diperlukan
  • Penyederhanaan data
  • Tabulasi data
  • Penyimpilan data.
Selanjutnya hasil analisis data akan digunakan sebagai bahan refleksi. Deskripsikan  bagaimana refleksi dilakukan, kapan, dan siapa saja yang terlibat dalam kegiatan refleksi, serta jelaskan mengapa refleksi dilakukan.

5. Indikator Kinerja (Kriteria keberhasilan)
Pada bagian ini, deskripsikan tolok ukur keberhasilan yang ditargetkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk menetapkan tolok ukur sesuaikan dengan kondisi sekolah, subyek penelitian dan masalah yang diangkat,  misal tingkat keberhasilan atau tingkat ketercapaian hasil belajar, kompetensi lulusan, standar penilaian, dll.

E. Contoh Format Identifikasi Masalah dan Kerangka PTS
Berikut contoh format untuk membantu pengawas sekolah dalam mengidentifikasi dan merumuskan masalah dalam PTS.

1. Identifikasi Masalah dalam PTS
  1. kemukakanlah masalah-masalah atau kendala-kendala yang anada hadapi ketika   melaksanakan tugas kepengawasan……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
  1. pilihlah salah satu masalah yang menurut anda mendesak!
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
  1. berikan alasan mengapa masalah tersebut penting untuk segera dicarikan pemecahannya!
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
  1. Faktor-faktor penyebab munculnya masalah yang dirumuskan tersebut!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
  1. Dapatkanlah satu alternatif pemecahan masalah untuk memecahkan masalah urgent yang anda hadapi tersebut! Alternatif pemecahan masalah itu harus bertolak dari hasil analisis dan didasarkan pada teori tertentu.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
2. Kerangka Penelitian Tindakan
a. Masalah:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
b. Rencana Tindakan:
Siklus 1:
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Siklus 2:
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
c. Rincian Tindakan/Langkah-langkah:
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
d. Contoh Format Observasi:
NO
ASPEK YANG DIOBSERVASI
SKOR
KETERANGAN
1
2
3
4
5
















































3. Proposal PTS
a. Tulislah judul PTS yang anda usulkan
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………Apakah judul PTS anda telah mencantumkan hal-hal berikut:
F  Tujuan
F  Cara menyelesaikan masalah
F  Tempat penelitian dilaksanakan
b. Deskripsi masalah yang anda hadapi
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Apakah masalah yang anda deskripsikan telah memuat hal-hal sebagai berikut:
F  Apakah deskripsi masalah telah disesuaikan dengan kondisi nyata     tentang kendala-kendala yang anda hadapi sewaktu melaksakan tugas kepengawasan.
F  Apakah deskripsi masalah telah memuat identifikasi satu masalah yang mendesak untuk segera dilaksanakan?
F  Apakah deskripsi masalah telah memuat  tentang analisis masalah?
F  Apakah deskripsi masalah telah memuat  tentang refleksi awal?
F  Bagaimana perumusan masalah?
c. Deskripsikan tentang cara pemecahan masalah yang anda ajukan!
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Apakah pemecahan masalah yang anda ajukan memenuhi rambu-rambu berikut?
F  Apakah ada alternatif pemecahan masalah?
F  Apakah alternatif pemecahan masalah itu didasarkan pada teori tertentu?
F  Apakah alternatif pemecahan masalah itu bertolak dari hasil analisis?
d. Rumuskan hasil yang diharapkan dari penelitian anda!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Apakah rumusan yang diharapkan dalam penelitian anda telah memuat hal –hal sebagai berikut:
F  Apakah rumusan hasil yang diharapkan telah mengemukakan hasil yang diharapkan bagi siswa?
F  Apakah rumusan hasil yang diharapkan telah mengemukakan hasil yang diharapkan bagi praktisi (kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan lainnya di sekolah)?
  1. Kemukakan prosedur tindakan yang anda lakukan dalam PTS ini!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Apakah dalam deskripsi tentang prosedur tindakan sekolah telah anda kemukakan hal-hal sebagai berikut:
F  Apakah ada deskripsi tentang setting dan karakteristik subyek?
F  Apakah ada variabel/faktor yang diselidiki?
F  Apakah ada rencana tindakan yang mencakup misalnya strategi, pendekatan, metode atau teknik yang digunakan dalam implementasi tindakan, observasi, analisis, dan refleksi?
  1. Tulislah lokasi penelitian anda!
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
  1. Tulislah personil tim peneliti anda!
Ketua Peneliti         ……………………………………………………
Nama lengkap         : ………………………………………………………….
Jenis kelamin          : ……………………………………………………………
NIP                         : …………………………………………………………
Pangkat/Gol            : ……………

DAFTAR PUSTAKA
Ernest T. 1996. Action Research: A Handbook for Practitioners. Sage Publications, Inc. London.
Hopkins, David. 1992, A Teacher Guide to Class Room Research, Open University, Press, Philadelphia.
John, Elliot,1991. Action Research for Educational Change, Philadelpia University, Press.
Mc.Niff, I., 1991, Action Research, Principles and Practice, London Routhedge.
Kardiawarman, Tita Lestari, dkk. 2001. Pengajaran Demokratis: Pendekatan Konstruktivis, Supervisi Klinis dan Penelitian Tindakan Kelas: Modul Manajemen Berbasis Sekolah. Basic Education Project (BEP) Jawa barat.
Richard Sagor. (1992). How to counduct collaborative action research? Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development Virginia, pp. 23-25.
Suhardjono, 2006, Penelitian Tindakan Kelas sebagai kegiatan Pengembangan Profesi Guru. Materi TOT Block Grant LPTK, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Suharsimi, A, 2006, Penelitian Tindakan Kelas untuk Penilai, Bahan Ajar TOT Pengembangan Profesi Pendidik Tahun 2006.
Tita Lestari, 2006. Classroom Action Research. Materi TOT Kemampuan Belajar Mengajar Bagi Dosen di Perguruan Tinggi. Lembaga Peningkatan dan Pengembangan Pembelajaran Universitas Pancasila (LP3UP) Jakarta.
Tita Lestari, 2006. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru: Materi TOT bagi Dosen LPTK/ Lembaga Penelitian. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Depdiknas.
Tita Lestari, 2006. Etika Masalah dan Pemecahannya Pada Penelitian Tindakan Kelas: Materi Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dengan Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia.
SUMBER:
http://suaidinmath.wordpress.com/2010/07/04/merencanakan-dan-melaksanakan-ptk-pts/

Komentar