Catatan Kuliah Filsafat Sejarah

Filsafat Sejarah

Dosen : Drs. Muh. Saleh Madjid.


Filsafat merupakan induk/ibu dari segala macam bentuk, jenis, sifat ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, ilmu pengetahuan pada awalnya hanya satu yakni filsafat itu sendiri. Karena filsafat ini mempersoalkan kebenaran yang sifatnya umum, abstrak, universal, maka filsafat tidak mampu menjawab semua persoalan hidup manusia dalam bentuk dan sifat yang praktis, pragmatis, konkrit dan positif. Oleh sebab itu muncullah berbagai macam jenis dan bewntuk ilmu pengetahuan.

Sejarah tidak memiliki teori tetapi hanya meminjam teori-teori bidang lain. Menurut Dr.Harun Nasution, bahwa intisari filsafat adalah berfikir menurut tatatertib (logika) dengan bebas(tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama), dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar persoalan.

Perbedaan Filsafat dengan ilmu lain :
• Dalam hal lapangan/areal pembahasan.
- Ilmu pengetahuan selain filsafat memiliki obyek pembahasan sendiri-sendiri (obyeknya terbatas).
- Filsafat obyek pembahasannya meliputi semua obyek yang dibahas dari semua ilmu yang lahir dari filsafat.
• Mengenai tujuan
- Ilmu pengetahuan bertujuan mengungkap alam nyata melalui panca indera. Ilmu pengetahuan memandang manusia hanya satu bagian dari alam.
- Filsafat bertujuan mengetahui asal usul manusia, hubungan manusia dengan alam, bagaimana akhirnya manusia (berbicara tentang akhirat).
• Mengenai cara pembahasan
- Ilmu pengetahuan pembahasannya harus diawali dengan penyelidikan atau percobaan dengan menggunakan panca indera kemudian akhirnya melahirkan dalil-dalil, teori-teori, atau pendapat-pendapat.
- Filsafat pembahasannya memakai pikiran/akal tanpa panca indera.
• Mengenai kesimpulan
- Ilmu pengetahuan kesimpulannya melahirkan suatu pendapat, teori atau dalil.
- Filsafat kesimpulannya selalu diragukan (selalu dalam posisi keraguan).

Filsafat Sejarah adalah ilmu tentang filsafat yang ingin memneri jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Filsafat Sejarah adalah salah satu bagian dari filsafat yang ingin menyelidiki sebab-sebab terakhir dari suatu peristiwa, serta ingin memberi jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Jadi filsafat sejarah berusaha mencari penjelasan serta masuk ke dalam pikiran dan cita-cita manusia, dan memberikan keterangan tentang bagaimana munculnya, berkembangnya, jaya dan runtuhnya suatu kebudayaan atau yang lainnya.

Filsafat sejarah mengandung 2 spesialisasi utama :
• Berusaha untuk memastikan suatu tujuan umum yang menjurus dan menguasai semua kejadian dan seluruh jalannya sejarah.
• Bertujuan untuk menguji dan menghargai metode ilmu sejarah dfan kepastian dari kesimpulan-kesimpulan atau menguji metode dari penelitian sejarah.

Filsafat Sejarah dibedakan atas :
• Filsafat Sejarah Spekulatif, berusaha memandang arus sejarah faktual dalam keeluruhan-keseluruhan dan berusaha mencari dan menemukan suatu struktur dasar di dalam arus itu atau mencari suatu struktur dalam yang tersembunyi di dalam proses historis. Misalnya : Mengapa sejaraha berlangsung demikian dan hanya dapat berlangsung demikian.
• Filsafat Sejarah Kritis, berusaha meneliti sarana-sarana yang digunakan oleh seorang ahli sejarah dalam melukiskan masa silam dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan.


Ilmu Sejarah dalam Pembahasan Filsafat
• Ilmu Pengetahuan mempunyai 3 landasan yakni :
1. Landasan Ontologis
2. Landasan Epistimologis
3. Landasan Axiologi

1. Landasan Ontologis
Landasan ontologis ilmu sejarah mempersoalkan apa itu sejarah dan mengapa ilmu sejarah itu. Masalah tentang apa itu sejarah diarahkan pada hakekat sejarah yang terdiri dari manusia sebagai pelaku peristiwa, waktu, alam (ruang/tempat).
Sedangkan mengenai mengapa ilmu sejarah itu menyangkut tentang sebab-akibat (kausalitas) dan perkembangan ilmu sejarah. Jadi ontologis ilmu sejarah sasaran akhirnya adalah manusia, peristiwa, ruang/tempat/alam dan waktu.

2. Landasan Epistimologis
Landasan Epistimologis menyangkut/mempersoalkan bagaimana ilmu sejarah itu (menyangkut metode untuk mendapatkan kebenaran ilmiah).
• Metode ilmiah bagi ilmu di luar sejarah (prosedur kerja):
a. Perumusan masalah
b. Penyusunan kerangka pikir
c. Pengajuan hipotesis
d. Pengujian hipotesis
e. Penarikan kesimpulan
• Metode (prosedur kerja) sejarah :
a. Mencari jejak-jejak masa lampau (Heuristik).
b. Meneliti jejak-jejak masa lampau (Kririk sumber).
c. Berdasarkan informasi dari jejak-jejak masa lampau, berusaha membayangkan bagaimana gambaran masa lampau (Interpretasi Sejarah).
d. Menyampaikan hasil rekonstruksi dan imajinasi tentang masa lampau sesuai dengan jejak tersebut (Historiografi).
• Epistemologi dalam ilmu sejarah sasarannya ada 2 yakni :
a. Mendirikan sikap ilmiah
b. Mengembangkan kecerdasan intelektual.
• Teori Kebenaran :
a. Teori Koherensi, Sesuatu dikatakan benar apabila sesuai dengan fakta / kenyataan.
b. Teori Korespondensi, sesuatu dikatakan benar apabila sesuai dengan pendapat orang lain.

3. Landasan Aksiologi
Landasan aksiologi mengarah pada guna atau manfaat suatu ilmu. Menurut Kuntowijaya, guna sejarahj adalah :
• Sejarah sebagai ilmu
• Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau.
• Sejarah sebagai pernyataan pendapat.
• Sejarah sebagai profesi.
Kesimpulannya, aksiologi atau etika ilmu sejarah adalah :
• Membentuk perilaku bijak.
• Mengembangkan kecerdasan emosional.

Dalam ilmu sejarah yang manjadi tujuan utama pengajaran adalah membantu siswa atau mahasiswa agar mampu mengembangkan pengertian sejarah dan wawasan sejarah yakni :
a. Memahami perilaku manusia masa lampau.
b. Memahami perilaku manusia dewasa ini sehingga mampu merencanakan keadaan masyarakat pada masa yang akan datang secara lebih baik.

Setelah kita mengetahui filsafat sejarah, maka ada beberapa manfaat yang dapat ditarik :
a. Mempertajam kepekaan kritis peneliti sejarah atau para sejarawan.
b. Meningkatkan kemampuan menggunakan penilaian pribadi mengenai keadaan pengkajian sejarah masa kini yang lebih memuaskan.
c. Menentukan posisi terhadap usaha pendekatan baru terhadap sejarah.
d. Mengembangkan beberapa intuisi mengenai sifat-sifat cabang ilmu atau pengetahuan yang dihasilkan agar kesimpulan penelitian dapat dipertanggungjawabkan atau dipertahankan.

Berdasarkan manfaat/guna dan tujuan di atas, maka makna pengkajian sejarah adalah :
a. Untuk memperoleh pengetahuan mengenai masa silam dan menghasilkan kepuasan intelektual, dan agar hasil penelitian itu di kemudian hari dapat berguna bagi masyarakat.
b. Dapat memberikan pelajaran dalam menghadapi masa sekarang dan masa depan berupa bahan atau gudang pengetahuan masa silam.

Pengetahuan historis menjadikan kita maklum tentang kelakuan objek-objek fisik maupun kelakuan manusia itu sendiri.


Subjektifitas dan Objektivitas dalam Sejarah

Menurut Nugroho Notosutanto, subjektivitas dalam sejarah tidak dapat dihindarkan. Karena itu kita harus secara jujur mengakui subjektivitas itu. Kita telah tahu bahwa sejarawan sejati adalah seorang sarjana yang memegang teguh norma-norma ilmiah. Artinya setiap fakta yang disusunnya berlandaskan data-data yang ada. Akan tetapi meskipun didasarkan atas bukti-bukti yang cukup sertqa data-data dan faktanya sama, suatu kisah sejarah itu dapat berbeda-beda (menurut kenyataan senantiasa berbeda-beda).

Mengapa ada perbedaan-perbedaan dalam pandangan para sejarawan? Mengapa berdasarkan bahan-bahan yang sama mereka menuliskan hasil yang berbeda? Untuk menjawab pertanyaan itu ada 4 faktor yang menyebabkan sejarawan berbeda pandangan dan penafsiran-penafsirannya, yakni :
• Sikap berat sebelah pribadi.
• Prasangka kelompok (anggapan yang dianut oleh masing-masing kelompok).
• Penafsiran berlainan tentang faktor-faktor sejarah. Misalnya : Revolusi kemerdekaan RI melalui :diplomasi; perang gerilya; faktor ekonomi negara Belanda yangmundur akibat PD II.
• Filsafat atau pandangan yang berlainan. Misalnya : Perang Salib bagi dunia Barat, Islam-lah yang menjadi penyebabnya. Sedangkan bagi dunia Timur, Nasrani-lah yang menjadi penyebabnya.

Ada juga orang yang berpendapat bahwa ada 3 faktor lain sebagai penyebab sejarawan berbeda pandangan dan tafsiran-tafsirannya, yakni :
1. Kecenderungan pribadi.
2. Prasangka kelompok (bangsa, suku/ras, agama)
3. Teori-teori yang saling bertentangan atas dasar penafsiran sejarah.

Komentar