PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN AFEKTIF
A. Pengukuran Ranah Afektif
Dalam memilih karakterisitik afektif untuk pengukuran,
para pengelola pendidikan harus mempertimbangkan rasional teoritis dan program
sekolah. Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi
dan validitas konstruk ranah afektif tergantung pada definisi operasional yang
secara langsung mengikuti definisi konseptual.
Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan
untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri.
Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif
dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi
psikologi. Metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif
seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam
mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.
Menurut Lewin (dalam Andersen, 1980), perilaku seseorang
merupakan fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan
karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi
tindakan atau perbuatan seseorang ditentukan oleh watak dirinya dan kondisi
lingkungan.
B. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif
Instrumen penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap,
minat, konsep diri, nilai, dan moral. Ada 11 (sebelas) langkah dalam
mengembangkan instrumen penilaian afektif, yaitu:
1. menentukan spesifikasi instrumen
2. menulis instrumen
3. menentukan skala instrumen
4. menentukan pedoman penskoran
5. menelaah instrumen
6. merakit instrumen
7. melakukan ujicoba
8. menganalisis hasil ujicoba
9. memperbaiki instrumen
10. melaksanakan pengukuran
11. menafsirkan hasil pengukuran
1. Spesifikasi instrumen
Ditinjau dari tujuannya ada lima macam instrumen pengukuran
ranah afektif, yaitu instrumen (1) sikap, (2) minat, (3) konsep diri, (4) nilai, dan (5) moral.
a. Instrumen
sikap
Instrumen
sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek,
misalnya terhadap kegiatan sekolah, mata pelajaran, pendidik, dan sebagainya. Sikap terhadap mata
pelajaran bisa positif bisa negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan strategi pembelajaran yang
tepat.
b. Instrumen minat
Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh
informasi tentang minat peserta didik terhadap mata pelajaran, yang selanjutnya
digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran.
c. Instrumen konsep diri
Instrumen konsep diri bertujuan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Peserta didik melakukan
evaluasi secara objektif terhadap potensi yang ada dalam dirinya. Karakteristik
potensi peserta didik sangat penting untuk menentukan jenjang karirnya.
Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan
program yang sebaiknya ditempuh.
d. Instrumen nilai
Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap
nilai dan keyakinan peserta didik. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang bersifat
positif diperkuat sedangkan yang bersifat negatif dikurangi dan akhirnya
dihilangkan.
e. Instrumen moral
Instrumen moral bertujuan untuk mengungkap
moral. Informasi moral seseorang diperoleh
melalui pengamatan terhadap perbuatan yang ditampilkan dan laporan diri melalui
pengisian kuesioner. Hasil pengamatan dan hasil kuesioner menjadi informasi
tentang moral seseorang.
Dalam menyusun spesifikasi instrumen perlu memperhatikan
empat hal yaitu
(1) tujuan pengukuran, (2) kisi-kisi instrumen, (3) bentuk
dan format instrumen, dan (4) panjang instrumen.
Setelah menetapkan tujuan pengukuran
afektif, kegiatan berikutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi
(blue-print), merupakan matrik yang berisi spesifikasi instrumen
yang akan ditulis. Langkah pertama dalam
menentukan kisi-kisi adalah menentukan definisi konseptual yang berasal
dari teori-teori yang diambil dari buku teks. Selanjutnya mengembangkan
definisi operasional berdasarkan kompetensi dasar, yaitu kompetensi yang dapat
diukur. Definisi operasional ini kemudian dijabarkan menjadi sejumlah
indikator. Indikator merupakan pedoman dalam menulis instrumen. Tiap indikator
bisa dikembangkan dua atau lebih instrumen.
2. Penulisan instrumen
Tabel 1.
Kisi-Kisi Instrumen Afektif
No
|
Indikator
|
Jumlah butir
|
Pertanyaan/Pernyataan
|
Skala
|
1
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
Penilaian ranah afektif peserta didik dilakukan dengan
menggunakan instrumen penilaian afektif sebagai berikut.
a. Instrumen sikap
Definisi konseptual: Sikap merupakan kecenderungan
merespon secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai suatu objek. Instrumen sikap bertujuan untuk
mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya kegiatan sekolah.
Sikap bisa positif bisa negatif. Definisi operasional: sikap adalah perasaan
positif atau negatif terhadap suatu objek. Objek bisa berupa kegiatan atau mata
pelajaran. Cara yang mudah untuk mengetahui sikap peserta didik adalah melalui
kuesioner.
Pertanyaan tentang sikap meminta responden
menunjukkan perasaan yang positif atau negatif terhadap suatu objek, atau suatu
kebijakan. Kata-kata yang sering digunakan pada pertanyaan sikap menyatakan
arah perasaan seseorang; menerima-menolak, menyenangi-tidak menyenangi,
baik-buruk, diingini-tidak diingini.
Contoh indikator sikap terhadap mata
pelajaran matematika misalnya.
§
Membaca buku matematika
§
Mempelajari matematika
§
Melakukan interaksi
dengan guru matematika
§
Mengerjakan
tugas matematika
§
Melakukan diskusi
tentang matematika
§
Memiliki buku
matematika
Contoh pernyataan
untuk kuesioner:
§
Saya senang membaca
buku matematika
§
Tidak semua orang
harus belajar matematika
§
Saya jarang bertanya pada
guru tentang pelajaran matematika
§
Saya tidak senang
pada tugas pelajaran matematika
§
Saya berusaha
mengerjakan soal-soal matematika sebaik-baiknya
§
Memiliki buku matematika
penting untuk semua peserta didik
b. Instrumen minat
Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh
informasi tentang minat peserta didik terhadap suatu mata pelajaran yang
selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata
pelajaran tersebut. Definisi konseptual: Minat adalah keinginan yang tersusun
melalui pengalaman yang mendorong individu mencari objek, aktivitas, konsep, dan
keterampilan untuk tujuan mendapatkan perhatian atau penguasaan. Definisi
operasional: Minat adalah keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek.
Contoh indikator minat terhadap pelajaran
matematika:
§
Memiliki catatan
pelajaran matematika.
§
Berusaha memahami
matematika
§
Memiliki buku
matematika
§
Mengikuti pelajaran
matematika
Contoh pernyataan
untuk kuesioner:
·
Catatan pelajaran
matematika saya lengkap
·
Catatan pelajaran
matematika saya terdapat coretan-coretan tentang hal-hal yang penting
·
Saya selalu menyiapkan pertanyaan sebelum mengikuti pelajaran matematika
·
Saya berusaha
memahami mata pelajaran matematika
·
Saya senang
mengerjakan soal matematika.
·
Saya berusaha selalu
hadir pada pelajaran matematika
c. Instrumen konsep diri
Instrumen konsep diri bertujuan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Informasi kekuatan dan
kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya
ditempuh oleh peserta didik.
Definisi konsep: konsep diri merupakan persepsi
seseorang terhadap dirinya sendiri yang menyangkut keunggulan dan kelemahannya.
Definisi operasional konsep diri adalah pernyataan tentang kemampuan diri
sendiri yang menyangkut mata pelajaran.
Contoh indikator konsep diri:
§
Memilih mata
pelajaran yang mudah dipahami
§
Memiliki kecepatan
memahami mata pelajaran
§
Menunjukkan mata pelajaran
yang dirasa sulit
§
Mengukur kekuatan dan
kelemahan fisik
Contoh pernyataan
untuk instrumen:
§
Saya sulit mengikuti
pelajaran matematika
§
Saya mudah memahami
bahasa Inggris
§
Saya mudah menghapal
suatu konsep.
§
Saya mampu membuat
karangan yang baik
§
Saya merasa sulit
mengikuti pelajaran fisika
§
Saya bisa bermain
sepak bola dengan baik
§
Saya mampu membuat karya seni yang baik
§
Saya perlu waktu yang
lama untuk memahami pelajaran fisika.
d. Instrumen nilai
Nilai merupakan konsep penting dalam pembentukan
kompetensi peserta didik. Kegiatan yang disenangi peserta didik di sekolah
dipengaruhi oleh nilai (value) peserta didik terhadap kegiatan tersebut. Misalnya,
ada peserta didik yang menyukai pelajaran keterampilan dan ada yang tidak, ada
yang menyukai pelajaran seni tari dan ada yang tidak. Semua ini dipengaruhi oleh
nilai peserta didik, yaitu yang berkaitan dengan penilaian baik dan buruk.
Nilai seseorang pada dasarnya terungkap
melalui bagaimana ia berbuat atau keinginan berbuat. Nilai berkaitan dengan keyakinan,
sikap dan aktivitas atau tindakan seseorang. Tindakan seseorang terhadap
sesuatu merupakan refleksi dari nilai yang dianutnya.
Definisi konseptual: Nilai adalah
keyakinan terhadap suatu pendapat, kegiatan, atau objek. Definisi operasional
nilai adalah keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan.
Misalnya keyakinan akan kemampuan peserta didik dan kinerja guru. Kemungkinan
ada yang berkeyakinan bahwa prestasi peserta didik sulit ditingkatkan atau ada
yang berkeyakinan bahwa guru sulit
melakukan perubahan.
Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap
nilai dan keyakinan individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan
keyakinan yang positif dan yang
negatif. Hal-hal yang positif ditingkatkan sedang yang negatif dikurangi
dan akhirnya dihilangkan.
Contoh indikator nilai adalah:
§ Memiliki keyakinan akan peran sekolah
§ Menyakini keberhasilan peserta didik
§ Menunjukkan keyakinan atas kemampuan guru.
§ Mempertahankan keyakinan akan harapan
masyarakat
Contoh pernyataan untuk kuesioner tentang
nilai peserta didik:
·
Saya berkeyakinan
bahwa prestasi belajar peserta didik sulit untuk ditingkatkan.
·
Saya berkeyakinan
bahwa kinerja pendidik sudah maksimal.
·
Saya berkeyakinan
bahwa peserta didik yang ikut bimbingan tes cenderung akan diterima di
perguruan tinggi.
·
Saya berkeyakinan
sekolah tidak akan mampu mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat.
·
Saya berkeyakinan
bahwa perubahan selalu membawa masalah.
·
Saya berkeyakinan
bahwa hasil yang dicapai peserta didik adalah
atas usahanya.
Selain melalui
kuesioner ranah afektif peserta didik, sikap, minat, konsep diri, dan nilai
dapat digali melalui pengamatan. Pengamatan karakteristik afektif peserta didik
dilakukan di tempat dilaksanakannya kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui
keadaan ranah afektif peserta didik, perlu ditentukan dulu indikator substansi
yang akan diukur, dan pendidik harus mencatat setiap perilaku yang muncul dari
peserta didik yang berkaitan dengan indikator tersebut.
e. Instrumen Moral
Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui
moral peserta didik. Contoh indikator moral sesuai dengan definisi tersebut adalah:
§
Memegang janji
§
Memiliki kepedulian
terhadap orang lain
§
Menunjukkan komitmen
terhadap tugas-tugas
§
Memiliki Kejujuran
Contoh pernyataan untuk instrumen moral
·
Bila saya berjanji
pada teman, tidak harus menepati.
·
Bila berjanji kepada
orang yang lebih tua, saya berusaha menepatinya.
·
Bila berjanji pada anak kecil, saya tidak harus menepatinya.
·
Bila menghadapi kesulitan, saya selalu meminta bantuan orang lain.
·
Bila ada orang lain
yang menghadapi kesulitan, saya berusaha membantu.
·
Kesulitan orang lain
merupakan tanggung jawabnya sendiri.
·
Bila bertemu teman,
saya selalu menyapanya walau ia tidak melihat saya.
·
Bila bertemu guru,
saya selalu memberikan salam, walau ia tidak melihat saya.
·
Saya selalu bercerita
hal yang menyenangkan teman, walau tidak seluruhnya benar.
·
Bila ada orang yang
bercerita, saya tidak selalu mempercayainya.
3. Skala Instrumen Penilaian
Afektif
Skala yang sering digunakan dalam instrumen penelilaian
afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap
pelajaran sejarah
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
1. Saya
senang belajar Sejarah
|
|
|
|
|
|
|
|
2. Pelajaran
sejarah bermanfaat
|
|
|
|
|
|
|
|
3. Saya berusaha hadir tiap ada jam pelajaran sejarah
|
|
|
|
|
|
|
|
4. Saya berusaha memiliki buku pelajaran Sejarah
|
|
|
|
|
|
|
|
5. Pelajaran
sejarah membosankan
|
|
|
|
|
|
|
|
Dst
|
|
|
|
|
|
|
|
Contoh skala Likert: Sikap terhadap pelajaran matematika
1
|
Pelajaran matematika bermanfaat
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
2
|
Pelajaran matematika sulit
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
3
|
Tidak semua harus belajar matematika
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
4
|
Pelajaran matematika harus dibuat mudah
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
5
|
Sekolah saya menyenangkan
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
Keterangan:
SS : Sangat setuju
S :
Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
Contoh skala beda Semantik:
Pelajaran ekonomi
|
a
|
b
|
c
|
d
|
e
|
f
|
g
|
|
Menyenangkan
|
|
|
|
|
|
|
|
Membosankan
|
Sulit
|
|
|
|
|
|
|
|
Mudah
|
Bermanfaat
|
|
|
|
|
|
|
|
Sia-sia
|
Menantang
|
|
|
|
|
|
|
|
Menjemukan
|
Banyak
|
|
|
|
|
|
|
|
Sedikit
|
4. Sistem penskoran
Sistem penskoran yang digunakan tergantung
pada skala pengukuran. Apabila digunakan skala Thurstone, maka skor tertinggi
untuk tiap butir 7 dan skor terendah 1.
Demikian pula untuk instrumen dengan skala beda semantik, tertinggi 7 terendah
1. Untuk skala Likert, pada awalnya skor tertinggi tiap butir 5 dan terendah 1.
Dalam pengukuran sering terjadi kecenderungan responden memilih jawaban pada
katergori tiga 3 (tiga) untuk skala Likert. Untuk menghindari hal tersebut
skala Likert dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 (empat) pilihan, agar jelas
sikap atau minat responden.
Skor perolehan perlu dianalisis untuk tingkat peserta
didik dan tingkat kelas, yaitu dengan
mencari rerata (mean) dan simpangan baku skor. Selanjutnya ditafsirkan
hasilnya untuk mengetahui minat masing-masing peserta didik dan minat kelas
terhadap suatu mata pelajaran.
5. Telaah instrumen
Kegiatan pada telaah instrumen adalah menelaah apakah: a)
butir pertanyaan/ pernyataan sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan
komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang benar, c) butir peranyaaan/pernyataan tidak bias, d)
format instrumen menarik untuk dibaca, e) pedoman menjawab atau mengisi
instrumen jelas, dan f) jumlah butir
dan/atau panjang kalimat pertanyaan/pernyataan sudah tepat sehingga tidak
menjemukan untuk dibaca/dijawab.
Telaah dilakukan oleh pakar dalam bidang yang diukur dan
akan lebih baik bila ada pakar penilaian. Telaah bisa juga dilakukan oleh teman
sejawat bila yang diinginkan adalah masukan tentang bahasa dan format
instrumen. Bahasa yang digunakan adalah yang sesuai dengan tingkat pendidikan
responden. Hasil telaah selanjutnya digunakan untuk memperbaiki instrumen.
Panjang instrumen berhubungan dengan masalah kebosanan,
yaitu tingkat kejemuan dalam mengisi instrumen. Lama pengisian instrumen
sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Langkah pertama dalam menulis suatu
pertanyaan/ pernyataan adalah informasi apa yang ingin diperoleh, struktur
pertanyaan, dan pemilihan kata-kata.
Pertanyaan yang diajukan jangan sampai bias, yaitu mengarahkan jawaban
responden pada arah tertentu, positif atau negatif.
Contoh pertanyaan yang bias:
Sebagian besar pendidik setuju semua peserta didik yang
menempuh ujian akhir lulus. Apakah
saudara setuju bila semua peserta didik yang mengikuti ujian lulus semua?
Contoh pertanyaan yang tidak
bias:
Sebagian pendidik setuju bahwa tidak semua peserta didik
harus lulus, namun sebagian lain tidak setuju. Apakah saudara setuju bila semua
peserta didik yang menempuh ujian akhir lulus semua?
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan
kata-kata untuk suatu kuesioner, yaitu:
a. Gunakan kata-kata yang sederhana sesuai dengan tingkat
pendidikan responden
b.
Pertanyaannya jangan
samar-samar
c.
Hindari pertanyaan
yang bias.
d.
Hindari pertanyaan
hipotetikal atau pengandaian.
Hasil telaah instrumen digunakan untuk memperbaiki
instrumen. Perbaikan dilakukan terhadap konstruksi instrumen, yaitu kalimat
yang digunakan, waktu yang diperlukan untuk mengisi instrumen, cara pengisian
atau cara menjawab instrumen, dan pengetikan.
6. Merakit instrumen
Setelah instrumen diperbaiki selanjutnya instrumen dirakit,
yaitu menentukan format tata letak instrumen dan urutan pertanyaan/ pernyataan.
Format instrumen harus dibuat menarik dan tidak terlalu panjang, sehingga
responden tertarik untuk membaca dan mengisinya. Setiap sepuluh pertanyaan
sebaiknya dipisahkan dengan cara memberi
spasi yang lebih, atau diberi batasan garis empat persegi panjang.
Urutkan pertanyaan/pernyataan sesuai dengan tingkat kemudahan dalam menjawab
atau mengisinya.
7. Ujicoba instrumen
Setelah dirakit instrumen diujicobakan kepada responden,
sesuai dengan tujuan penilaian apakah kepada peserta didik, kepada guru atau
orang tua peserta didik. Untuk itu dipilih sampel yang karakteristiknya mewakili
populasi yang ingin dinilai. Bila yang ingin
dinilai adalah peserta didik SMA, maka sampelnya juga peserta didik SMA.
Sampel yang diperlukan minimal 30 peserta didik, bisa berasal dari
satu sekolah atau lebih.
Pada saat ujicoba yang perlu dicatat adalah saran-saran
dari responden atas kejelasan pedoman pengisian instrumen, kejelasan kalimat
yang digunakan, dan waktu yang diperlukan untuk mengisi instrumen. Waktu yang
digunakan disarankan bukan waktu saat responden sudah lelah. Selain itu
sebaiknya responden juga diberi minuman agar tidak lelah. Perlu diingat bahwa
pengisian instrumen penilaian afektif bukan merupakan tes, sehingga walau ada
batasan waktu namun tidak terlalu ketat.
Agar responden mengisi instrumen dengan akurat sesuai
harapan, maka sebaiknya instrumen dirancang sedemikian rupa sehingga waktu yang
diperlukan mengisi instrumen tidak terlalu lama. Berdasarkan pengalaman, waktu
yang diperlukan agar tidak jenuh adalah 30 menit atau kurang.
8. Analisis hasil ujicoba
Analisis hasil ujicoba meliputi variasi jawaban tiap
butir pertanyaan/ pernyataan. Jika menggunakan
skala instrumen 1 sampai 7, dan jawaban responden bervariasi dari 1 sampai 7,
maka butir pertanyaan/pernyataan pada instrumen ini dapat dikatakan baik. Namun apabila jawabannya hanya pada satu
pilihan jawaban saja, misalnya pada pilihan
nomor 3, maka butir instrumen ini tergolong tidak baik. Indikator yang
digunakan adalah besarnya daya beda. Bila daya beda butir instrumen lebih dari
0,30, butir instrumen tergolong baik.
Indikator lain yang diperhatikan adalah indeks keandalan
yang dikenal dengan indeks reliabilitas. Batas indeks reliabilitas minimal
0,70. Bila indeks ini lebih kecil dari 0,70, kesalahan pengukuran akan melebihi
batas. Oleh karena itu diusahakan agar indeks keandalan instrumen minimal 0,70.
9. Perbaikan instrumen
Perbaikan dilakukan terhadap butir-butir pertanyaan/pernyataan
yang tidak baik, berdasarkan analisis hasil ujicoba. Bisa saja hasil telaah
instrumen baik, namun hasil ujicoba empirik tidak baik. Untuk itu butir pertanyaan/pernyataan
instrumen harus diperbaiki. Perbaikan termasuk mengakomodasi saran-saran dari responden ujicoba. Instrumen sebaiknya dilengkapi dengan pertanyaan terbuka.
10. Pelaksanaan pengukuran
Pelaksanaan pengukuran perlu memperhatikan waktu dan
ruangan yang digunakan. Waktu pelaksanaan bukan pada waktu responden sudah
lelah. Ruang untuk mengisi instrumen harus memiliki cahaya (penerangan) yang
cukup dan sirkulasi udara yang baik. Tempat duduk juga diatur agar responden
tidak terganggu satu sama lain. Diusahakan agar responden tidak saling bertanya
pada responden yang lain agar jawaban kuesioner tidak sama atau homogen. Pengisian
instrumen dimulai dengan penjelasan tentang tujuan pengisian, manfaat bagi
responden, dan pedoman pengisian instrumen.
11. Penafsiran hasil pengukuran
Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Untuk
menafsirkan hasil pengukuran diperlukan suatu kriteria. Kriteria yang digunakan
tergantung pada skala dan jumlah butir pertanyaan/pernyataan yang digunakan.
Misalkan digunakan skala Likert yang berisi 10 butir pertanyaan/ pernyataan
dengan 4 (empat) pilihan untuk mengukur sikap peserta didik. Skor untuk butir
pertanyaan/pernyataan yang sifatnya positif:
Sangat setuju - Setuju - Tidak setuju - Sangat tidak setuju.
(4) (3) (2) (1)
Sebaliknya untuk pertanyaan/pernyataan yang bersifat
negatif
Sangat setuju - Setuju - Tidak setuju - Sangat tidak setuju.
(1) (2) (3) (4)
Skor tertinggi untuk instrumen tersebut adalah 10 butir x
4 = 40, dan skor terendah 10 butir x 1 = 10. Skor ini dikualifikasikan misalnya
menjadi empat kategori sikap atau minat,
yaitu sangat tinggi (sangat baik), tinggi (baik), rendah (kurang), dan sangat
rendah (sangat kurang). Berdasarkan kategori ini dapat ditentukan minat atau
sikap peserta didik. Selanjutnya dapat dicari sikap dan minat kelas terhadap
mata pelajaran tertentu.
Penentuan kategori hasil pengukuran sikap atau minat
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Kategorisasi sikap atau
minat peserta didik untuk 10 butir pernyataan, dengan rentang skor 10 – 40.
No.
|
Skor
peserta didik
|
Kategori
Sikap atau Minat
|
1.
|
Lebih besar dari 35
|
Sangat tinggi/Sangat baik
|
2.
|
28
sampai 35
|
Tinggi/Baik
|
3.
|
20
sampai 27
|
Rendah/Kurang
|
4.
|
Kurang dari 20
|
Sangat rendah/Sangat kurang
|
Keterangan Tabel 2:
1. Skor batas bawah kategori sangat tinggi atau sangat baik adalah:
0,80 x 40 = 36, dan batas atasnya 40.
2. Skor batas bawah pada kategori tinggi atau baik adalah: 0,70 x 40 = 28, dan skor batas atasnya adalah 35.
3. Skor batas bawah pada kategori rendah atau kurang adalah: 0,50
x 40 = 20, dan skor batas atasnya adalah
27.
4. Skor yang tergolong pada kategori sangat rendah atau sangat kurang
adalah kurang dari 20.
Tabel
3 Kategorisasi sikap
atau minat kelas
No.
|
Skor
rata-rata kelas
|
Kategori
Sikap atau Minat
|
1.
|
Lebih besar dari 35
|
Sangat tinggi/Sangat baik
|
2.
|
28
sampai 35
|
Tinggi/Baik
|
3.
|
20
sampai 27
|
Rendah/Kurang
|
4.
|
Kurang dari 20
|
Sangat rendah/Sangat kurang
|
Keterangan:
1.
Rata-rata skor kelas:
jumlah skor semua peserta didik dibagi jumlah peserta didik di kelas ybs.
2.
Skor batas bawah
kategori sangat tinggi atau sangat baik adalah: 0,80 x 40 = 36, dan batas
atasnya 40.
3.
Skor batas bawah pada
kategori tinggi atau baik adalah: 0,70 x
40 = 28, dan skor batas atasnya adalah
35.
4.
Skor batas bawah pada
kategori rendah atau kurang adalah: 0,50 x 40 = 20, dan skor batas atasnya adalah 27.
5.
Skor yang tergolong
pada kategori sangat rendah atau sangat kurang adalah kurang dari 20.
Pada Tabel 2 dapat diketahui minat atau sikap tiap
peserta didik terhadap tiap mata
pelajaran. Bila sikap peserta didik tergolong rendah, maka peserta didik harus berusaha meningkatkan
sikap dan minatnya dengan bimbingan pendidik. Sedang bila sikap atau minat
peserta didik tergolong tinggi, peserta didik harus berusaha
mempertahankannya.
Tabel 3 menujukkan minat atau sikap kelas terhadap suatu
mata pelajaran. Dalam pengukuran sikap atau minat kelas diperlukan informasi
tentang minat atau sikap setiap peserta didik terhadap suatu objek, seperti
mata pelajaran. Hasil pengukuran minat kelas untuk semua mata pelajaran berguna
untuk membuat profil minat kelas. Jadi satuan pendidikan akan memiliki peta
minat kelas dan selanjutnya dikaitkan dengan profil prestasi belajar. Umumnya peserta
didik yang berminat pada mata pelajaran tertentu prestasi belajarnya untuk mata
pelajaran tersebut baik.
C. Observasi
Penilaian ranah afektif peserta didik
selain menggunakan kuesioner juga bisa dilakukan melalui observasi atau
pengamatan. Prosedurnya sama, yaitu
dimulai dengan penentuan definisi konseptual dan definisi operasional. Definisi
konseptual kemudian diturunkan menjadi sejumlah indikator. Indikator ini
menjadi isi pedoman observasi. Misalnya indikator peserta didik berminat pada
mata pelajaran matematika adalah kehadiran di kelas, kerajinan dalam
mengerjakan tugas-tugas, banyaknya bertanya, kerapihan dan kelengkapan catatan.
Hasil observasi akan melengkapi informasi dari hasil kuesioner. Dengan demikian
informasi yang diperoleh akan lebih akurat, sehingga kebijakan yang ditempuh akan lebih tepat.
Sumber : Depdiknas, 2008, Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Komentar