Postingan

Pulang Dari Tanah Suci

 "Kepulangan dari Tanah Suci" Langit pagi berselimut haru, angin berbisik pelan menembus kalbu, kutapakkan kaki di bumi tercinta, usai menunaikan rukun kelima. Kupeluk tanah air penuh rindu, kulihat wajah-wajah menunggu, anak, istri, orang tua tercinta, tersenyum basah oleh air mata. Makkah dan Madinah masih bergaung, doa-doa yang kusulam di antara kerumun, zamzam yang kuteguk mengalir di dada, sejuknya belum pudar oleh jarak dan masa. Kupeluk mereka satu persatu, dalam dekap cinta yang syahdu, di mata mereka, kulihat cahaya, menyambutku dengan bangga dan doa. Kupanjatkan syukur setinggi langit, atas nikmat yang tak mungkin kuhitung, Allah panggilku, Allah jaga jalanku, kini kupulang, hati bersih dan penuh haru. Semoga haji ini mabrur adanya, membuahkan akhlak dan cinta sesama, kupulang bukan hanya membawa kisah, tapi juga cahaya yang ingin kubagi indah. ---

Tawaf Wada, Tangis Perpisahan di Pelataran Ka'bah

“Tawaf Wada, Tangis Perpisahan di Pelataran Ka'bah” Di pelataran sunyi rumah-Mu ya Rabbi, Langkah ini berat, hati ini sepi. Tujuh putaran penuh harap dan haru, Mengelilingi cinta yang tak pernah layu. Kubasahi mata di antara ribuan, Namun hanya Engkau yang tahu rasa kehilangan. Tawaf ini bukan sekadar gerak tubuh, Tapi air mata jiwa yang tak ingin menjauh. Ka'bah, saksi bisu cinta tak terucap, Di tiap sudutmu ada do’a yang menatap. Hajar Aswad kulewati dengan gemetar, Bersama doa terakhir yang ingin mengakar. Ya Allah… Andai ini perjumpaan terakhir, Izinkan hati ini tetap hadir. Dalam sujudku nanti di tanah jauh, Biarlah rinduku terus mengeluh. Langkah ini pamit dengan berat rasa, Menjauh dari cahaya yang begitu nyata. Tawaf Wada, bukan akhir cinta, Tapi janji untuk kembali jika Engkau mengizinkannya. *** Kupalingkan wajah terakhir ke arah-Mu, Ka'bah suci yang menyentuh kalbu. Desir angin mengantar salam perpisahan, Namun hatiku tak ingin ada jarak dan jalan. Langkahku mund...

Tawaf Ifadah, Putaran Cinta di Baitullah

 "Tawaf Ifadah, Putaran Cinta di Baitullah" Di bawah langit Makkah yang agung dan teduh, Langkah-langkahku menyatu dalam arus yang penuh, Tujuh putaran, bukan sekadar gerak tubuh, Tapi gema cinta, dari hati yang rindu dan luluh. Ka'bah berdiri teguh, saksi bisu segala tangisan, Lidah berdzikir, hati larut dalam pengakuan, Setiap langkahku seperti menapaki pengampunan, Dalam peluk kasih Tuhan, penuh harapan dan kerendahan. Air mata jatuh tanpa komando, Bukan karena lelah, tapi karena rasa yang tak bisa kuucap penuh makna, Begitu dekat, ya Rabb, Engkau terasa begitu nyata, Dalam putaran ini, aku kembali—bukan hanya jasad, tapi jiwa. Tawaf Ifadah, bukan hanya rukun, Tapi titik balik bagi insan yang rapuh namun ingin disucikan, Seolah Ka'bah memelukku dalam kehangatan, Dan setiap langkah adalah janji untuk hidup dalam ketaatan. Ya Allah, saksikanlah perjalananku yang sunyi, Dalam lautan manusia, namun Engkau yang paling ku cari, Semoga tawaf ini tak sekadar ritual yang te...

Batu-batu Tekad di Lembah Jumrah

 "Batu-Batu Tekad di Lembah Jumrah" Dengan tujuh batu kecil di genggaman kujejak langkah ke lembah ujian Di hadapanku, berdiri tiang setan bukan kayu dan batu semata, tapi lambang bisikan yang selama ini menghantui jiwa Allahu Akbar… Satu lontaran, untuk angkuhku yang lama Yang menolak tunduk pada perintah-Nya Allahu Akbar… Lontaran kedua, untuk dengki yang diam-diam tumbuh yang menggerogoti hati tanpa suara Allahu Akbar… Batu ketiga terbang, menghantam malas dalam ibadah yang menunda taubat, dan cinta dunia yang membuncah Tiap lemparan bukan sekadar batu kecil tapi guguran dosa dan deklarasi perang terhadap nafsu yang membelenggu jiwa Allahu Akbar… Kini kutahu, setan itu tak selalu tampak kadang berupa bisikan lembut dalam niat kadang berwujud keinginan dunia yang menjerat Di Jumrah ini, kuajarkan hatiku untuk berkata tidak pada semua yang menjauhkan dari ridha-Nya Dan saat batu ketujuh lepas dari jari hatiku menjadi lebih ringan, lebih bersih, lebih siap untuk pulang sebaga...

Malam di Mina

 "Malam di Mina" Di lembah sunyi bernama Mina kutemukan dunia yang tak biasa Tenda-tenda putih berderet tanpa istana tapi hatiku tenang, lebih dari segalanya Tak ada ranjang empuk tak ada lampu gemerlap hanya lantai bumi, angin gurun, dan bintang yang mendekap Di malam ini, aku bukan siapa-siapa bukan gelar, bukan harta Aku hanyalah hamba yang datang membawa dosa dan berharap pulang membawa ampunan dari-Nya Kutengadah menatap langit Mina Kupeluk doa-doa yang selama ini tersembunyi Kupungut batu-batu kecil bukan sekadar untuk jumrah esok pagi tapi juga simbol tekad untuk melempar segala godaan dalam hidup ini Di tengah jutaan wajah yang berbeda kami semua sama—lelah tapi bahagia Karena di sini, setiap hembusan angin terasa seperti bisikan-Nya "Engkau tidak sendiri... Aku bersamamu selalu." Mina, di sinilah aku belajar bahwa bahagia tak butuh kemewahan cukup dekat dengan Tuhan dan damai dalam pelukan keikhlasan

Malam di Bawah Langit Musdalifah

 "Malam di Bawah Langit Muzdalifah" Di bawah langit tak berbatas aku terbaring di atas bumi yang sunyi Berbalut kain ihram, tanpa dinding, tanpa ranjang, hanya bintang dan keheningan menemani Angin malam menyentuh wajahku lembut seakan mengusap luka yang lama kupendam Di sini, tak ada suara selain desir pasir dan bisikan doa dari hati yang gemetar Ya Allah... Inilah aku, yang lelah namun bersyukur Yang hina namun Kau izinkan mendekat Yang membawa dosa, namun berharap ampunan seluas langit yang kupandang Malam ini, aku tak ingin tidur Aku ingin menghitung kembali langkah hidup Menggali makna dari setiap tangis dan tawa Menyulam harap untuk lempar jumrah esok pagi Kutemukan damai di bumi Muzdalifah tempat Nabi-Mu juga pernah beristirahat Kutemukan tenang di malam ini karena aku tahu… aku sedang dalam perjalanan pulang kepada-Mu Ya Rabb, jika ini malam terakhirku di dunia, jadikan ia malam yang Engkau ridai Dan jika aku masih Kau beri umur, jadikan aku hamba yang kembali dengan ...

Di Padang Arafah Aku Bersimpuh

 “Di Padang Arafah Aku Bersimpuh” Di hamparan sunyi padang Arafah Kutegakkan tubuh yang rapuh oleh dosa Langit luas menyapa dengan cahaya Angin lembut menyeka air mata Kain ihram ini, tak hanya bungkus tubuh tapi juga bungkus nestapa, penyesalan dan harapan yang tak terucap sempurna Di sinilah aku, ya Rabb, menanggalkan segala gelar dan kuasa Aku datang sebagai hamba, yang papa, yang penuh cela Ribuan wajah dari negeri-negeri jauh berkumpul dalam satu tangis dan doa Kami berbeda bahasa, tapi satu dalam cinta pada-Mu semata Ya Allah, aku rindukan ampunan-Mu seperti rindu tanah pada hujan Aku mohon pada-Mu seperti bayi pada pelukan Terimalah aku… walau dengan segala kekurangan Di Arafah ini, kutitipkan namaku dalam buku para tamu yang berharap pulang bukan hanya dengan oleh-oleh tapi dengan jiwa yang baru Ya Rabb… Izinkan air mataku mencuci sisa-sisa hitam di dada Dan izinkan aku pulang seperti bayi yang baru dilahirkan kembali suci… dan Kau ridai