Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual
Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama , yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
Model pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning pada hakekatnya adalah: (1) Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya, (2) Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Apa perbedaan model pembelajaran kontekstual dengan model pembelajaran tradisional? Keduanya dapat kita bedakan berdasarkan cirinya masing-masing. Ciri-ciri model pembelajaran kontekstual adalah: (1) Menyandarkan pada pemahaman makna, (2) Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa, (3) Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, (4) Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan, (5) Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, (6) Cenderung mengintegrasikan beberapa bi-dang, (7) Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok), (8) Perilaku dibangun atas kesadaran diri, (9) Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman, (10) Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif, (11) Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan, (12) Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik, (13) Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting, (14) Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Sedangkan model pembelajaran tradisional, bercirikan: (1) Menyandarkan pada hapalan, (2) Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru, (3) Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru, (4) Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan, (5) Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan, (6) Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu, (7) Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual), (8) Perilaku dibangun atas kebiasaan, (9) Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan, (10) Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor, (11) Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman, (12) Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik, (13) Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas, dan (14) Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.
Perbedaan dari model pembelajaran kontekstual dengan model pembelajaran tradisional sama banyaknya, akan tetapi kalau kita kaitkan dengan pembelajaran yang berorientasi kepada aktivitas, kreativitas, suasana menyenangkan, dan pembelajaran siswa aktif, maka tentunya model pembelajaran kontekstuallah yang paling tepat digunakan.***
Komentar