Pembelajaran Berbasis Kompetensi



 A.   Pengertian Pembelajaran

Istilah  pembelajaran merupakan padanan dari kata dalam bahasa Inggris instruction, yang berarti  proses  membuat orang  belajar. Tujuannya ialah membantu orang  belajar, atau memanipulasi (merekayasa) lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi orang yang belajar. Gagne dan Briggs (1979) mendefinisikan pembela­jaran sebagai suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, kondisi, dsb.) yang secara sengaja dirancang untuk mempenga­ruhi peserta didik (pembelajar), sehingga proses  belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada peristiwa yang dilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup  semua peristiwa yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang dimuat dalam bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari  bahan-bahan  tersebut.


Berbagai perangkat elektronik, yang berupa program-program komputer dimanfaatkan untuk pembelajaran, yang dikenal dengan e-learning (electronic-learning) seperti: CAI (Computer Assisted Instruction) atau CAL (Computer Assisted Learning), belajar lewat internet, SIG (Sistem Informasi Geografis) pendidikan, web-site sekolah, dll. Dengan demikian, sesuai dengan perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), fungsi pembelajaran bukan hanya  fungsi  guru, melainkan juga fungsi pemanfaatan sumber-sumber  belajar  lain yang digunakan oleh pembelajar untuk belajar sendiri.

B.   Prinsip Umum Pembelajaran

Teknologi pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang diambil dari teori psikologi, terutama teori belajar dan hasil-hasil penelitian dalam kegiatan pembelajaran. Atwi Suparman (1997) yang mengutip pendapat Filbeck mengelompokkan prinsip-prinsip yang digunakan dalam pembelajaran menjadi 12 macam, yaitu:

1.   Respon yang berakibat menyenangkan pembelajar
Implikasi:
a.   Perlunya umpan balik positif dengan segera
b.   keharusan pembelajar untuk aktif membuat respons
c.   perlunya pemberian latihan (exercise) dan tes

2.   Kondisi atau tanda untuk menciptakan perilaku tertentu
Implikasi:
a.   perlunya kejelasan mengenai standar kompetensi maupun kompetensi dasar.
b.   penggunaan variasi metode dan media
3.   Pembelajaran yang menyenangkan
Implikasi:
a.   pemberian isi/materi pembelajaran yang berguna
b.   imbalan dan penghargaan terhadap keberhasilan peserta didik
c.   seringnya pemberian latihan dan tes

4.   Pembelajaran kontekstual
Implikasi:
a.   pemberian kegiatan belajar yang mirip dengan kondisi yang sesungguhnya
b.   pemberian contoh-contoh riel/nyata
c.   penggunaan metode dan media

5.   Generalisasi dan pembedaan sebagai dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks
Implikasi:
perlunya keseimbangan dalam memberikan contoh (baik-buruk, positif-negatif, ganjil-genap, konkrit-abstrak, dsb.)

6.   Pengaruh status mental terhadap perhatian dan ketekunan
Implikasi:
perlunya menarik/memusatkan perhatian pembelajar

7.   Membagi kegiatan ke dalam langkah-langkah kecil
Implikasi:
a.   Penggunaan buku teks terprogram (programmed texts atau programmed instructions)
b.   Pemenggalan kegiatan menjadi kecil-kecil, disertai latihan dan umpan balik

8.   Pemodelan bagi materi yang kompleks
Implikasi:
penggunaan metode dan media yang dapat menggambarkan model (simplifikasi) dari benda/kegiatan nyata.

9.   Keterampilan tingkat tinggi terbentuk dari keterampilan-keterampilan dasar
Implikasi:
Standar kompetensi maupun kompetensi dasar hendaknya dirumuskan seoperasional mungkin dan diturunkan/dijabarkan melalui analisis instruksional.

10.  Pemberian informasi tentang perkembangan kemampuan pembelajar
Implikasi:
a.   urutan pembelajaran dimulai dari yang sederhana bertahap menuju ke yang makin kompleks
b.   kemajuan harus diinformasikan

11.  Variasi dalam kecepatan belajar
Implikasi:
a.   pentingnya penguasaan materi prasyarat
b.   kesempatan untuk maju menurut kecepatan masing-masing

12.  Persiapan/kesiapan
Implikasi:
pemberian kebebasan kepada pembelajar untuk memilih waktu, cara dan sumber belajar lain.



C.   Ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi

Sebagai sebuah konsep, sekaligus sebagai sebuah program, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menurut  Siskandar (2003) memiliki ciri-ciri:

1.   menekankan pada ketercapaian kompetensi peserta didik baik secara individual maupun klasikal;
2.   berorientasi pada hasil dan keberagaman;
3.   penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi;
4.   sumber belajar bukan hanya guru tetapi  sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif;
5.   penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu kompetensi.

Salah satu pendekatan dalam pembelajaran berbasis kompetensi adalah menempatkan peserta didik sebagai subjek didik, yakni lebih banyak mengikutsertakan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini bertolak dari anggapan bahwa peserta didik memiliki potensi untuk berpikir sendiri dan potensi tersebut hanya dapat diwujudkan apabila mereka diberi banyak kesempatan untuk berpikir sendiri.  Oleh karena itu guru tidak boleh lagi dipandang sebagai "orang yang paling tahu segalanya”, melainkan lebih berperan sebagai fasilitator terjadinya proses belajar pada individu peserta didik. Peserta didik tentunya juga harus secara terus menerus berusaha menyempurnakan diri sehingga meningkat kemampuannya.

Pemilihan metode pembelajaran yang memberi peluang kepada peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran, merupakan langkah awal yang utama menuju keberhasilan mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Di samping itu mengingat bahwa penilaian dalam KBK menekankan baik proses maupun hasil belajar, maka keterampilan proses perlu betul-betul digiatkan penerapannya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

Kemampuan atau keterampilan proses yang mendasar untuk pembelajaran berbasis kompetensi antara lain adalah kemampuan atau keterampilan dalam:
1.   mengobservasi/mengadakan pengamatan
2.   menghitung
3.   mengukur
4.   mengklasifikasi
5.   mencari hubungan ruang/waktu
6.   membuat hipotesis
7.   merencanakan penelitian/eksperimen
8.   mengendalikan variabel
9.   menginterpretasi atau menafsirkan data
10.  menyusun kesimpulan sementara (inferensi)
11.  meramalkan (memprediksi)
12.  menerapkan (mengaplikasi)
13.  mengkomunikasikan

Berdasarkan uraian di atas maka pendekatan dalam pengembangan  pembelajaran berbasis kompetensi harus dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut:

1.   Orientasi pada pencapaian hasil (outcome oriented)
2.   Bertolak dari Kompetensi Lulusan
3.   Berbasis pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
4.   Pengembangan pembelajaran menghargai perbedaan-perbedaan (berdiferensiasi)
5.   Utuh dan menyeluruh (holistik)
6.   Menerapkan prinsip ketuntasan belajar (mastery learning)

Sumber:
   Depdiknas 2008, Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas, Ditjen  Manajemen Dikdasmen.

Komentar