Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2025

Pulang Dari Tanah Suci

 "Kepulangan dari Tanah Suci" Langit pagi berselimut haru, angin berbisik pelan menembus kalbu, kutapakkan kaki di bumi tercinta, usai menunaikan rukun kelima. Kupeluk tanah air penuh rindu, kulihat wajah-wajah menunggu, anak, istri, orang tua tercinta, tersenyum basah oleh air mata. Makkah dan Madinah masih bergaung, doa-doa yang kusulam di antara kerumun, zamzam yang kuteguk mengalir di dada, sejuknya belum pudar oleh jarak dan masa. Kupeluk mereka satu persatu, dalam dekap cinta yang syahdu, di mata mereka, kulihat cahaya, menyambutku dengan bangga dan doa. Kupanjatkan syukur setinggi langit, atas nikmat yang tak mungkin kuhitung, Allah panggilku, Allah jaga jalanku, kini kupulang, hati bersih dan penuh haru. Semoga haji ini mabrur adanya, membuahkan akhlak dan cinta sesama, kupulang bukan hanya membawa kisah, tapi juga cahaya yang ingin kubagi indah. ---

Tawaf Wada, Tangis Perpisahan di Pelataran Ka'bah

“Tawaf Wada, Tangis Perpisahan di Pelataran Ka'bah” Di pelataran sunyi rumah-Mu ya Rabbi, Langkah ini berat, hati ini sepi. Tujuh putaran penuh harap dan haru, Mengelilingi cinta yang tak pernah layu. Kubasahi mata di antara ribuan, Namun hanya Engkau yang tahu rasa kehilangan. Tawaf ini bukan sekadar gerak tubuh, Tapi air mata jiwa yang tak ingin menjauh. Ka'bah, saksi bisu cinta tak terucap, Di tiap sudutmu ada do’a yang menatap. Hajar Aswad kulewati dengan gemetar, Bersama doa terakhir yang ingin mengakar. Ya Allah… Andai ini perjumpaan terakhir, Izinkan hati ini tetap hadir. Dalam sujudku nanti di tanah jauh, Biarlah rinduku terus mengeluh. Langkah ini pamit dengan berat rasa, Menjauh dari cahaya yang begitu nyata. Tawaf Wada, bukan akhir cinta, Tapi janji untuk kembali jika Engkau mengizinkannya. *** Kupalingkan wajah terakhir ke arah-Mu, Ka'bah suci yang menyentuh kalbu. Desir angin mengantar salam perpisahan, Namun hatiku tak ingin ada jarak dan jalan. Langkahku mund...

Tawaf Ifadah, Putaran Cinta di Baitullah

 "Tawaf Ifadah, Putaran Cinta di Baitullah" Di bawah langit Makkah yang agung dan teduh, Langkah-langkahku menyatu dalam arus yang penuh, Tujuh putaran, bukan sekadar gerak tubuh, Tapi gema cinta, dari hati yang rindu dan luluh. Ka'bah berdiri teguh, saksi bisu segala tangisan, Lidah berdzikir, hati larut dalam pengakuan, Setiap langkahku seperti menapaki pengampunan, Dalam peluk kasih Tuhan, penuh harapan dan kerendahan. Air mata jatuh tanpa komando, Bukan karena lelah, tapi karena rasa yang tak bisa kuucap penuh makna, Begitu dekat, ya Rabb, Engkau terasa begitu nyata, Dalam putaran ini, aku kembali—bukan hanya jasad, tapi jiwa. Tawaf Ifadah, bukan hanya rukun, Tapi titik balik bagi insan yang rapuh namun ingin disucikan, Seolah Ka'bah memelukku dalam kehangatan, Dan setiap langkah adalah janji untuk hidup dalam ketaatan. Ya Allah, saksikanlah perjalananku yang sunyi, Dalam lautan manusia, namun Engkau yang paling ku cari, Semoga tawaf ini tak sekadar ritual yang te...

Batu-batu Tekad di Lembah Jumrah

 "Batu-Batu Tekad di Lembah Jumrah" Dengan tujuh batu kecil di genggaman kujejak langkah ke lembah ujian Di hadapanku, berdiri tiang setan bukan kayu dan batu semata, tapi lambang bisikan yang selama ini menghantui jiwa Allahu Akbar… Satu lontaran, untuk angkuhku yang lama Yang menolak tunduk pada perintah-Nya Allahu Akbar… Lontaran kedua, untuk dengki yang diam-diam tumbuh yang menggerogoti hati tanpa suara Allahu Akbar… Batu ketiga terbang, menghantam malas dalam ibadah yang menunda taubat, dan cinta dunia yang membuncah Tiap lemparan bukan sekadar batu kecil tapi guguran dosa dan deklarasi perang terhadap nafsu yang membelenggu jiwa Allahu Akbar… Kini kutahu, setan itu tak selalu tampak kadang berupa bisikan lembut dalam niat kadang berwujud keinginan dunia yang menjerat Di Jumrah ini, kuajarkan hatiku untuk berkata tidak pada semua yang menjauhkan dari ridha-Nya Dan saat batu ketujuh lepas dari jari hatiku menjadi lebih ringan, lebih bersih, lebih siap untuk pulang sebaga...

Malam di Mina

 "Malam di Mina" Di lembah sunyi bernama Mina kutemukan dunia yang tak biasa Tenda-tenda putih berderet tanpa istana tapi hatiku tenang, lebih dari segalanya Tak ada ranjang empuk tak ada lampu gemerlap hanya lantai bumi, angin gurun, dan bintang yang mendekap Di malam ini, aku bukan siapa-siapa bukan gelar, bukan harta Aku hanyalah hamba yang datang membawa dosa dan berharap pulang membawa ampunan dari-Nya Kutengadah menatap langit Mina Kupeluk doa-doa yang selama ini tersembunyi Kupungut batu-batu kecil bukan sekadar untuk jumrah esok pagi tapi juga simbol tekad untuk melempar segala godaan dalam hidup ini Di tengah jutaan wajah yang berbeda kami semua sama—lelah tapi bahagia Karena di sini, setiap hembusan angin terasa seperti bisikan-Nya "Engkau tidak sendiri... Aku bersamamu selalu." Mina, di sinilah aku belajar bahwa bahagia tak butuh kemewahan cukup dekat dengan Tuhan dan damai dalam pelukan keikhlasan

Malam di Bawah Langit Musdalifah

 "Malam di Bawah Langit Muzdalifah" Di bawah langit tak berbatas aku terbaring di atas bumi yang sunyi Berbalut kain ihram, tanpa dinding, tanpa ranjang, hanya bintang dan keheningan menemani Angin malam menyentuh wajahku lembut seakan mengusap luka yang lama kupendam Di sini, tak ada suara selain desir pasir dan bisikan doa dari hati yang gemetar Ya Allah... Inilah aku, yang lelah namun bersyukur Yang hina namun Kau izinkan mendekat Yang membawa dosa, namun berharap ampunan seluas langit yang kupandang Malam ini, aku tak ingin tidur Aku ingin menghitung kembali langkah hidup Menggali makna dari setiap tangis dan tawa Menyulam harap untuk lempar jumrah esok pagi Kutemukan damai di bumi Muzdalifah tempat Nabi-Mu juga pernah beristirahat Kutemukan tenang di malam ini karena aku tahu… aku sedang dalam perjalanan pulang kepada-Mu Ya Rabb, jika ini malam terakhirku di dunia, jadikan ia malam yang Engkau ridai Dan jika aku masih Kau beri umur, jadikan aku hamba yang kembali dengan ...

Di Padang Arafah Aku Bersimpuh

 “Di Padang Arafah Aku Bersimpuh” Di hamparan sunyi padang Arafah Kutegakkan tubuh yang rapuh oleh dosa Langit luas menyapa dengan cahaya Angin lembut menyeka air mata Kain ihram ini, tak hanya bungkus tubuh tapi juga bungkus nestapa, penyesalan dan harapan yang tak terucap sempurna Di sinilah aku, ya Rabb, menanggalkan segala gelar dan kuasa Aku datang sebagai hamba, yang papa, yang penuh cela Ribuan wajah dari negeri-negeri jauh berkumpul dalam satu tangis dan doa Kami berbeda bahasa, tapi satu dalam cinta pada-Mu semata Ya Allah, aku rindukan ampunan-Mu seperti rindu tanah pada hujan Aku mohon pada-Mu seperti bayi pada pelukan Terimalah aku… walau dengan segala kekurangan Di Arafah ini, kutitipkan namaku dalam buku para tamu yang berharap pulang bukan hanya dengan oleh-oleh tapi dengan jiwa yang baru Ya Rabb… Izinkan air mataku mencuci sisa-sisa hitam di dada Dan izinkan aku pulang seperti bayi yang baru dilahirkan kembali suci… dan Kau ridai

Langkah Letihku di Malam Sa'i

 “Langkah Letihku di Malam Sa’i” Malam menuruni langit Makkah perlahan, Angin lembut menyapu wajah penuh harapan, Lampu-lampu menuntunku di antara dua bukit, Dan aku—hanya seorang hamba yang sedang mengadu sunyi. Langkahku berat, kakiku mulai letih, Namun hatiku menolak untuk berhenti, Setiap langkah sa’i kutitipkan satu luka, Satu dosa, satu doa yang lama kusembunyikan. Ya Allah… Inilah aku yang tak sempurna, Yang datang membawa beban jiwa, Memohon ampun di tengah gelap yang penuh cahaya. Air mata jatuh tanpa aba-aba, Mengalir bersama doa yang lirih dan dalam, Ampuni aku… bimbing aku… Dalam hidup yang tak selalu kuarahkan pada-Mu. Aku bayangkan Siti Hajar berlari di tanah ini, Dalam haus dan putus asa yang tak henti, Tapi Engkau tak pernah tinggal diam, Air zamzam pun memancar dari rahmat-Mu yang dalam. Malam ini, ya Rabb, Saksikan langkah-langkah lelahku, Aku tak punya apa-apa selain rindu dan pengakuan, Bahwa hanya Engkau tempat aku kembali dan bersandar. ---

Sa'i di Malam Hari

 “Sa’i di Malam Hari” Malam turun lembut di pelataran suci, Bintang-bintang bersaksi dalam diam yang sakral, Langkahku terayun di antara Shafa dan Marwah, Dalam cahaya lampu dan linangan rasa. Tak ada hiruk, hanya bisik doa, Dalam hembusan angin yang sejuk menyapa, Langit hitam tak menakutkan jiwa, Karena Ka’bah begitu dekat terasa. Langkah demi langkah kupenuhi janji, Menyusuri kisah cinta dan keyakinan sejati, Siti Hajar, ibu yang tangguh dan setia, Mengajarkan bahwa usaha tak boleh sirna. Di lembah sunyi malam itu, Hatiku bergema menyebut nama-Mu, Ya Allah, Engkau dengar bisikan lirihku, Di antara kerikil, air mata, dan rindu. Malam ini, bukan sekadar sa’i, Tapi perjalanan kembali pada nurani, Di antara dua bukit kubawa seluruh luka, Untuk diobati oleh cinta-Mu semesta.

Langkah Sa'i, Jejak Do'a

 “Langkah Sa’i, Jejak Doa” Di antara Shafa dan Marwah aku melangkah, Dengan napas tersengal dan hati berserah, Bersama jutaan langkah manusia, Kucari jejak cinta dan ridha-Nya. Bukan sekadar berjalan tujuh kali, Ini adalah perjalanan jiwa yang sunyi, Menelusuri kisah Siti Hajar yang tabah, Dalam gundah, ia tak pernah lelah. Kutapaki batu-batu kenangan, Di setiap langkah, kuselipkan harapan, Tentang hidup, tentang dosa, tentang pinta, Yang tak sanggup terucap kata-kata. Ada air mata yang jatuh diam, Bukan karena lelah, tapi karena damai yang dalam, Di tengah kerumunan, aku merasa sendiri, Bersama Allah, Sang Maha Mengerti. Antara dua bukit, kutemukan makna, Bahwa usaha dan tawakal harus bersama, Dan ketika harapan tampak menjauh, Allah-lah sumber air di padang yang gersang dan jauh. ****

Doa di Hadapan Ka'bah

 “Doa di Hadapan Ka'bah” Di hadapanku Ka'bah berdiri agung, Hitam suci diselimuti cahaya yang mengalir tenang, Langkahku terhenti dalam haru, Lidah kelu, tapi hatiku penuh rindu. Kutarik napas dalam-dalam, Kupanjatkan doa dalam diam, Ya Allah… Inilah aku, hamba-Mu yang penuh cela. Kepalaku tertunduk, Air mata jatuh tanpa bisa kutahan, Seakan semua beban bertahun-tahun Tumpah dalam satu tangisan. Di antara desah angin dan gemuruh zikir, Kupanggil nama-Mu dalam lirih, Kuceritakan luka, pinta, dan harap, Yang selama ini kupendam dalam senyap. Ka'bah… Engkau saksi bisu doaku malam ini, Di depanmu kuluruh, Menjadi hamba yang seutuhnya rindu pada Ilahi. Ya Rabb… Jika malam ini Engkau dengar, Terimalah bisikan hatiku yang sederhana, Bimbing aku dalam terang-Mu selamanya.

Tawaf di Malam Ka'bah

 “Tawaf di Malam Ka’bah” Malam menurunkan sunyinya di tanah suci, Bintang-bintang menatap dari langit tinggi, Angin lembut mencumbu pipi, Langkahku menyatu dalam arus yang suci. Tujuh putaran, tujuh harapan, Mengelilingi Ka'bah dalam keheningan, Detak jantungku ikut berdzikir, Menyebut nama-Mu tanpa henti, tanpa getir. Di tengah lautan manusia yang tenang, Kulihat wajah-wajah penuh harap dan terang, Tangis tertahan, bibir bergetar, Setiap putaran bagai pelukan yang menggetar. Ka'bah, Engkau bukan sekadar bangunan, Engkau pusat rindu jutaan insan, Di sekelilingmu, aku temukan damai, Yang tak bisa diucap, hanya bisa dirasai. Langkah demi langkah kupenuhi janji, Menyusuri jejak Ibrahim yang abadi, Di setiap tikungan kutanam doa, Agar hidupku tak jauh dari cahaya. Ya Allah… Di malam penuh rahmat ini, Biarlah tawafku jadi saksi, Bahwa aku datang dengan cinta dan hati yang suci.

Sujud di Baitullah

 "Sujud di Baitullah" Langit senja Mekah memerah jingga, Azan Maghrib berkumandang merdu menyapa, Di hadapanku, Ka'bah berdiri megah, Dalam hening, jiwaku pasrah. Kutengadahkan tangan dengan gemetar, Rasa tak layak, hati penuh sadar, Namun kasih-Mu membuka jalan, Mengundangku sujud dalam keagungan. Tak ada kata, hanya air mata, Mengalir lembut bersama doa, Sujudku bukan sekadar gerak, Tapi penyerahan total, penuh harap dan gelisah. Hamparan sajadah menjadi saksi, Betapa kecilnya aku di hadapan-Mu, Ilahi, Di tengah jutaan yang bersimpuh bersama, Kurasakan hangat pelukan langit dan cahaya. Sujudku malam itu… Adalah pertemuan antara hamba dan Tuhannya, Antara debu fana dan cahaya abadi, Antara tangis rindu dan damai yang hakiki. Ya Rabb, Biarlah sujud ini abadi dalam kenangan, Sebagai saksi bahwa aku pernah bersimpuh, Di hadapan Baitullah, dalam cinta yang utuh.

Kucium Hajar Aswad

 “Kucium Hajar Aswad” Dalam pusaran manusia yang tak henti, Langkahku tertatih menapak mimpi, Debur nafas, peluh bercucuran, Namun hati tak sudi berhenti berjalan. Desakan datang dari segala arah, Tubuhku remuk oleh gelombang pasrah, Namun dalam dada, nyala harap menyala, Untuk satu ciuman, di batu yang mulia. Tangis lirih di antara doa, Kulafazkan lirih nama-Nya yang Maha Kuasa, Ya Allah, saksikan niat suciku, Agar bibir ini menyentuh batu-Mu. Dan akhirnya, Dalam satu detik yang abadi, Kulabuhkan rindu yang terpendam di hati, Hajar Aswad… kau kini dekat sekali. Kucium kau dengan air mata, Bukan sekadar batu — ini cinta, Cinta pada Allah, cinta pada Nabi, Cinta pada janji yang lama terpatri. Letihku luruh dalam haru, Peluh menjadi saksi syahdu, Ya Allah, terima rindu dan jerih payahku, Dalam ciuman suci di rumah-Mu.