Tawaf Wada, Tangis Perpisahan di Pelataran Ka'bah
“Tawaf Wada, Tangis Perpisahan di Pelataran Ka'bah”
Di pelataran sunyi rumah-Mu ya Rabbi,
Langkah ini berat, hati ini sepi.
Tujuh putaran penuh harap dan haru,
Mengelilingi cinta yang tak pernah layu.
Kubasahi mata di antara ribuan,
Namun hanya Engkau yang tahu rasa kehilangan.
Tawaf ini bukan sekadar gerak tubuh,
Tapi air mata jiwa yang tak ingin menjauh.
Ka'bah, saksi bisu cinta tak terucap,
Di tiap sudutmu ada do’a yang menatap.
Hajar Aswad kulewati dengan gemetar,
Bersama doa terakhir yang ingin mengakar.
Ya Allah…
Andai ini perjumpaan terakhir,
Izinkan hati ini tetap hadir.
Dalam sujudku nanti di tanah jauh,
Biarlah rinduku terus mengeluh.
Langkah ini pamit dengan berat rasa,
Menjauh dari cahaya yang begitu nyata.
Tawaf Wada, bukan akhir cinta,
Tapi janji untuk kembali jika Engkau mengizinkannya.
***
Kupalingkan wajah terakhir ke arah-Mu,
Ka'bah suci yang menyentuh kalbu.
Desir angin mengantar salam perpisahan,
Namun hatiku tak ingin ada jarak dan jalan.
Langkahku mundur perlahan-lahan,
Tak sanggup berpaling dari kerinduan.
Setiap detik terasa amat lama,
Karena cinta ini tak ingin pergi begitu saja.
Ya Rabb, Engkaulah tujuan sejati,
Dalam tawaf ini kutinggalkan janji.
Untuk menjaga iman yang Kau beri,
Dan kembali bila Engkau mengizini.
Baitullah…
Engkau rumah harap dan pelipur lara,
Di pelataranmu kuluruh segala dosa.
Tawaf wada ini bukan perpisahan abadi,
Tapi permulaan rindu yang hakiki.
Aku pergi bukan karena tak ingin tinggal,
Tapi karena takdir memanggil untuk kembali ke asal.
Namun doaku tinggal, tertancap di lantai haram-Mu,
Semoga kelak, Engkau sambut lagi hamba-Mu.
***
Aku berdiri mematung di batas haram,
Tak kuasa melangkah, jiwa terasa karam.
Seakan Ka'bah memanggil pelan di telinga,
“Wahai hamba, jangan lupakan Aku saat kau jauh di sana.”
Kupeluk dalam hati tiang-tiang rindumu,
Ka'bah… engkau bukan sekadar bangunan batu,
Tapi tempat gugur segala ego dan pilu,
Tempat hamba kembali menjadi butiran debu.
Dalam putaran itu kusaksikan cinta,
Tangis para jiwa yang ingin terjaga,
Doa yang tak bersuara tapi penuh makna,
Dan harapan yang mengalir deras dari mata.
Aku tahu, pulangku adalah ujian,
Menjaga kemurnian hati dan keimanan.
Namun kuharap, Engkau tetap bersamaku,
Dalam sepi sujud dan langkah yang pilu.
Wahai Pemilik Ka'bah dan seluruh semesta,
Jangan biarkan rindu ini sia-sia.
Undang lagi kaki yang lemah ini,
Agar kelak kupulang bukan hanya sekali.
***
Kini, langkahku benar-benar harus menjauh,
Meninggalkan cahaya yang begitu teduh.
Tapi bukan berarti aku melupakan,
Justru di sinilah cinta itu dikuatkan.
Ka'bah, engkau telah menuliskan kisah di dadaku,
Kisah tobat, tangis, dan rinduku pada Tuhanku.
Tawaf ini, adalah pelukan terakhir sementara,
Sebelum kelak, aku kembali untuk selamanya.
Ya Allah…
Jadikan perpisahan ini bukan akhir,
Tapi janji dalam dada yang takkan tergilir.
Kuatkan langkahku saat jauh dari Baitullah,
Agar hidupku tetap berada dalam ridha-Mu yang indah.
Kutitipkan air mataku di lantai haram-Mu,
Kutitipkan rinduku di hembus angin malam itu.
Dan saat kumenutup doa terakhir dengan "Aamiin",
Kuharap Engkau telah menuliskan kedatanganku lagi… di kemudian hari.
Maka biarlah aku pergi dengan dada lapang,
Membawa kenangan yang tak akan hilang.
Karena Tawaf Wada ini bukan ucapan selamat tinggal,
Tapi janji seorang hamba… untuk kembali… di waktu yang Engkau tetapkan, Ya Dzal Jalal.
***
Komentar